Musibah Terbesar yang Menimpa Orang Beriman
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Qatadah
Musibah Terbesar yang Menimpa Orang Beriman merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Qotadah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 22 Rabiul Akhir 1442 H / 08 Desember 2020 M.
Kajian Islam Ilmiah Tentang Musibah Terbesar yang Menimpa Orang Beriman
Tidak diragukan lagi dalam keyakinan seseorang beriman bahwa hidup di dunia ini adalah ujian. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menguji orang-orang yang beriman dengan berbagai ujian. Hal itu sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah Al-Mulk:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
“Dialah Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa di antara kita yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Mulk[67]: 2)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman pada ayat yang lain:
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ ﴿١٥٥﴾ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّـهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ ﴿١٥٦﴾ أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ ﴿١٥٧﴾
“Benar-benar Kami akan menguji kalian dengan rasa takut, lapar, dan berkurangnya harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berbahagialah bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang manakala mereka ditimpa musibah, maka mereka mengatakan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun’. Bagi mereka adalah shalawat dari Rabb mereka (berupa berkah), keutamaan dan rahmat. Dan mereka adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. Al-Baqarah[2]: 155-a57)
Bahasan kita berkaitan dengan musibah ini adalah bahasan yang khusus. Karena yang dimaksud dengan musibah dalam pembahasan hari ini bukan berkaitan dengan musibah yang selama ini mungkin kita tahu dan banyak dicerna oleh kaum muslimin, yaitu musibah berupa sesuatu yang kita benci berkaitan dengan urusan dunia, sesuatu yang kita tidak menyenanginya dari urusan dunia. Seperti datangnya bencana, tsunami, gunung meletus, banjir, longsor, kematian orang yang dicintai, atau hilangnya harta. Maka tentunya ini adalah musibah. Tapi musibah ini adalah musibah yang berkaitan dengan dunia.
Adapun musibah yang kita maksud hari ini adalah musibah yang menimpa kepada agama seseorang. Para ulama mengatakan:
إن أعظم المصائب وأعظم الابتلاءات، أن يبتلى الإنسان في دينه، إذا أصيب الإنسان في دينه بانحراف أو شبهة أو شهوة
Di antara musibah paling besar dan ujian paling besar yang menimpa kepada seseorang ketika seseorang terkena ujian musibah yang menimpa kepada agamanya. Yang dengan sebabnya seseorang menyimpang dari agamanya, terjerumus kepada kesyirikan, terjerumus kepada kufur murtad, kepada bid’ah, kepada maksiat.
Ada seseorang yang bertanya kepada Syaikh Ibnu Baz Rahimahullahu Ta’ala. Dimana dalam salah satu Qunut ada doa yang berbunyi:
ولا تجعل مصيبتنا في ديننا
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah pada agama kami.”
Lalu seorang penanya mengatakan: “Bagaimana musibah itu menimpa kepada agama seseorang? Dan apa yang dimaksud dengan musibah pada agama?”
Syaikh Rahimahullahu Ta’ala menjawab bahwa apabila menimpa kepada seseorang apa yang memudharatkan agama mereka, maka itu adalah musibah dalam agama. Dan musibah di dalam agama apabila musibah itu turun dan memudharatkan agamanya. Seperti -mungkin- berkuasanya musuh, atau teruji dengan keburukan-keburukan maksiat, atau dengan terjadinya murtad, atau dengan munculnya pemimpin-pemimpin yang buruk yang menghalangi agamanya, atau kecondongan kepada hawa nafsu syahwat yang menghalangi dalam agamanya, ataupun ketika seseorang berteman duduk dengan orang-orang yang menghalangi dia dalam agamanya. Lalu beliau mengatakan kita meminta kepada Allah Ta’ala keselamatan dari semua bentuk musibah ini.
Maka secara garis besarnya, musibah yang menimpa kepada orang-orang yang beriman itu ada dua bentuk musibah. Yaitu:
1. Musibah dalam perkara dunia
Musibah yang menimpa kepada jiwa-jiwa, musibah yang menimpa kepada hartanya, keluarganya, jiwanya, musibah yang menimpa kepada negaranya berupa perkara-perkara dunia. Seperti musibah dalam bentuk bencana, musibah dalam bentuk hilangnya harta, perginya orang yang dicintai. Ini adalah musibah yang berkaitan dengan perkara dunia yang tentunya semua orang secara fitrahnya membenci dan tidak menyenangi ketika musibah ini datang.
2. Musibah yang menimpa agama
Dimana seseorang tertimpa musibah berkaitan dengan agamanya, yaitu berupa terjerumusnya kepada syirik, kekufuran, bid’ah, dosa-dosa besar dan kepada bentuk-bentuk dosa. Terjerumusnya seseorang dengan melalaikan perintah-perintah Allah, lebih sibuk dari urusan dunia dan lupa kepada urusan akhirat, terjerumus dalam semua hiruk-pikuk dunia sehingga tidak ada kesempatan dia untuk taklim, belajar, majelis-majelis taklim, mendatangi masjid-masjid Allah Ta’ala. Maka ini adalah bentuk musibah yang menimpa kepada agamanya.
Musibah yang menimpa kepada agama itu lebih dahsyat dari musibah yang menimpa kepada jiwanya. Karena ketika seseorang terkena musibah pada agamanya, maka dia akan rugi dunia akhirat, akan celaka dunia dan akhirat. Sedangkan orang yang apabila dia tertimpa musibah dalam urusan dunia, maka ruginya hanya rugi dunia jika ia tidak tertimpa musibah dalam bentuk agamanya. Bahkan apabila dia bersabar, maka musibah yang Allah telah timpakan kepada seorang di dunia ini setidaknya memiliki fungsi dua hal. Yaitu menghapus dosa-dosa dan mengangkat derajat seseorang nanti pada hari kiamat.
Mungkin kita melihat di berbagai negara, di berbagai daerah, saudara-saudara kita yang mendapatkan ujian berupa penganiayaan dari orang-orang kafir, kedzaliman-kedzaliman yang mereka rasakan, penganiayaan kepada fisik, jiwa dan harta. Di sisi lain kita mendapatkan di berbagai daerah di dunia ini ada orang-orang mukmin yang tidak mendapatkan ujian itu. Mereka mendapatkan kenyamanan dalam berdakwah, beribadah, menunaikan shalat lima dalam keadaan aman dan damai.
Maka ada yang harus dicatat oleh kita bahwa belum tentu kondisi kita yang dalam keadaan aman dan damai lebih baik dari apa yang sedang dirasakan oleh saudara-saudara kita. Bukan berarti kita berbahagia dengan musibah yang menimpa kepada saudara kita, bukan berarti kita tidak peduli dengan saudara-saudara kita yang sedang mendapatkan musibah dalam bentuk ujian. Tentunya kita sebagai seorang mukmin yang digambarkan di dalam hadits:
المؤمنون كالجسد الواحد
المؤمن للمؤمن كالبنيان
Mukmin dengan mukmin adalah bagaikan satu fisik, satu badan, bagaikan satu bangunan yang apabila salah satunya mendapatkan rasa sakit, maka semuanya merasakan.
Tetapi dalam bentuk kita mentadaburi point yang sedang kita bahas, kita wajib tahu di sini bahwa kita yang hari ini merasakan damai, merasakan tentang, kita dianggap lebih baik dari saudara-saudara kita yang mendapatkan musibah dunia ini. Hal ini karena tentunya saudara-saudara kita seiman, saudara-saudara kita seislam, saudara-saudara kita yang berada di atas aqidah Ahlus Sunnah di belahan dunia yang sedang mendapatkan musibah dalam bentuk dunia ini.
Jika mereka dalam keadaan istiqamah dalam agama mereka dan dahsyatnya ujian itu tidak menggeserkan mereka dari agama mereka sehingga mereka tidak terkena musibah ini, mereka tetap berada dalam keteguhan, ketekunan, istiqamah, tegar dalam semua ujian. Maka mereka berada dalam kebahagiaan yang hakiki. Maka mereka itu akan selamat nanti pada hari kiamat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka akan berbahagia dengan semua ujian yang ada di dunia ini.
Orang-orang yang hidup dalam kondisi aman, damai, melimpah ruah harta, tapi terkena musibah dari sisi agamanya, maka mereka itulah yang akan mendapatkan kesengsaraan yang sesungguhnya nanti pada hari kiamat. Karena orang yang tertimpa musibah dalam bentuk agamanya, itu berbahaya dan sangat berbahaya dari orang yang ditimpa musibah dalam bentuk dunia.
Bagaimana bentuk-bentuk musibah yang menimpa semoga mukmin? Mari download mp3 kajian dan simak pembahasan yang penuh manfaat ini..
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49504-musibah-terbesar-yang-menimpa-orang-beriman/